Pages

Kamis, 12 September 2024

Tafkhim dan Tarqiq

 Tafkhim dan Tarqiq (Lafadz Allah, Huruf Ra’, Isti’la dan Istifal)

 

Salah satu pembahasan ilmu tajwid adalah hukum tafkhim dan tarqiq. Tafkhim artinya tebal dan tarqiq artinya tipis. Tafkhim dan tarqiq diterapkan dalam lafadz Allah, huruf ro’ dan huruf yang bersifat isti’la dan istifal. Untuk lebih jelasnya lagi silahkan simak penjelasan berikut.

 

A.    Pengertian Tafkhim dan Tarqiq

Tafkhim secara sederhana bisa diartikan tebal. Adapun dalam ilmu tajwid, tafkhim adalah:

هُوَ تَسْمِيْنُ صَوْتِ الْحَرْفِ عِنْدَ النُّطْقِ بِهِ فَيَمْتَلِئُ الْفَمِّ بِصَدَى الْحَرْفِ

Tafkhim adalah menebalkan bunyi huruf ketika diucapkan maka penuhlah mulut oleh gemanya huruf.

Sedangkan tarqiq artinya tipis dan dalam ilmu tajwid didefinisikan:

هُوَ تَنْحِيْفُ صَوْتِ الْحَرْفِ عِنْدَ النُّطْقِ بِهِ فَلَا  يَمْتَلِئُ الفم بِصَدَى الْحَرْفِ

Tarqiq adalah menipiskan bunyi huruf ketika diucapkan sehingga tidak penuh mulut oleh gemanya huruf.

Perkataan tafkhim, taghlizh yang Indonesianya membesarkan, menebalkan, menggemukkan, semua ini dalam satu arti. Jadi huruf tafkhim itu caranya membaca dibesarkan /ditebalkan makhroj dan suaranya, dan kedua bibirnya moncong ke depan (mecucu Jawanya). Kalau Tarqiq membaca tipis sebaliknya tafkhim yaitu bibirnya mundur, suaranya kurus dan meringan.

suaranya kurus dan meringan. huruf yang dibaca tafkhim ialah huruf-huruf yang bersifat Isti'la’. Huruf yang lidahnya naik ketika diucapkan, Hurufnya ada 7 yaitu:

خُصَّ ضّغْطٍ قِظْ (خ ص ض غ ط ق ظ)

B.    Penerapan Hukum Tafkhim dan Tarqiq

1.     Lafadz Allah (الله)

Lafadz Allah dibaca tafkhim/tebal apabila huruf sebelumnya berharokat fathah atau dhommah.

وَاللهُ – إِنَّ اللهَ – نَصْرُ اللهِ – وَجْهُ اللهُ

Lafadz Allah yang dibaca tarqiq/tipis apabila huruf sebelumnya berharokat kasroh.

بِسْمِ اللهِ – وَكَفَى بِاللهِ

2.     Huruf Ro’

Ro’ yang dibaca tebal adalah:

a.      Apabila ro’ berharakat fathah atau fathah tanwin

وَامْرَأَتُهُ - فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ - نَارًا ذَاتَ

b.      Apabila ro’ berharakat dhommah atau dhommah tanwin

وَرُسُلِهِ - وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ - نَارٌ حَامِيَةٌ

c.      Apabila ro’ sukun dan huruf sebelumnya berharakat fathah

وَأَرْسَلَ - كِتَابٌ مَرْقُومٌ

d.      Apabila ro’ sukun dan huruf sebelumnya berharakat dhommah

وَمَا أُرْسِلُوا - وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا

e.      Apabila ro’ sukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah aridhah atau kasrah bukan asli yaitu kasrah yang terdapat pada hamzah washal, tetapi diwashalkan sehingga hamzah itu tidak terbaca

اِرْجِعِي - وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى

f.       Ro’ sukun karena diwaqafkan dan huruf sebelumnya berharakat fathah

وَخَسَفَ الْقَمَرُ۞ - وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ۞ - كَلَّا لَا وَزَرَ۞

g.      Ro’ sukun karena diwaqafkan dan huruf sebelumnya berharakat dhommah

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ۞

h.      Ro’ sukun karena diwaqafkan dan sebelumnya huruf mati selain ya’ yang sebelumnya ada fathah

وَالْعَصْرِ۞ - وَالْفَجْرِ۞ - وَلَيَالٍ عَشْرٍ۞

i.        Ro’ sukun karena diwaqafkan dan sebelumnya huruf mati selain ya’ yang sebelumnya ada dhommah

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ۞ - وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ۞ - مِنْ فُطُورٍ۞

j.        Apabila ada ro’ sukun yang huruf sebelumnya berharakat kasrah dan huruf sesudahnya adalah huruf isti’la (خ ص ض ط ظ غ ق) yang tidak berharakat kasrah

إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا - وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ

k.      Ro’ sukun karena diwaqafkan dan sebelumnya huruf isti’la yang mati.

مِنْ مِّصْرَ۞ – عَيْنَ الْقِطْرِ۞

 

Ro’ yang dibaca tipis adalah:

a.      Apabila ro’ berharokat kasroh atau kasroh tanwin

وَطُورِ سِينِينَ - مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ

b.      Ro’ sukun dan sebelumnya huruf yang berharokat kasrah dan sesudahnya bukan huruf isti’la

وَفِرْعَوْنَ – فِيْ مِرْيَةٍ

c.      Ro’ sukun karena diwaqafkan dan huruf sebelumnya berharakat kasroh

إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ۞ - يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ۞

 

d.      Ro’ sukun karena diwaqafkan dan sebelumnya huruf mati selain ya’ yang sebelumnya ada kasroh

لِذِي حِجْرٍ۞ - سِـحْـرٌ۞

e.      Ro’ sukun karena diwaqofkan dan huruf sebelumnya ya’ sukun

وَأَجْرٌ كَبِيرٌ۞ – خَيْرٌ۞

 

 Ra’ yang Bisa Dibaca Tafkhim atau Tarqiq (Jawazul Wajhain)

Huruf ra’ boleh dibaca tebal (tafkhim) atau tipis (tarqiq) dalam keadaan tertentu. Dan kebolehan ra’ dibaca tafkhim atau tarqiqnya juga ada yang dalam keadaan waqaf dan adapula ketika washal.

1. Ra’ sukun sebelumnya kasrah adan setelahnya ada huruf isti’la yang berharakat kasrah.

Kata yang memenuhi kriteria ini adalah kata (فِرْقِ) yang terdapat di Asy-Syu’ara ayat 63. Ketika washal, ra’ boleh dibaca tafkhim atau tarqiq. Alasannya adalah karena huruf isti’lanya berharakat kasrah yang merupakan harakat tipis. Yang lebih utama adalah membacanya dengan tarqiq. Adapun ketika waqaf maka hukumnya tafkhim saja.

 

2. Ra’ sukun karena waqaf yang sebelumnya huruf isti’la yang sukun dan sebelumnya huruf berharakat kasrah.

Kata yang termasuk kategori ini adalah:

 Kata (مِصْرَ) di Yusuf ayat 21 dan 99,

 Kata (بِمِصْرَ) pada Az-Zukhruf ayat 51 dan Yunus ayat 87,

 Kata (الْقِطْرِ) di Saba’ ayat 12.

Kedua kata ini apabila diwaqafkan boleh dibaca tafkhim atau tarqiq. Hal ini dikarenakan adanya huruf isti’la yang berada sebelum ra’. Akan tetapi, kata (مِصْرَ) lebih utama dibaca tafkhim dan kata (الْقِطْرِ) lebih utama dibaca tarqiq beradasarkan hukum ra’ ketika washal pada kata tersebut.

 

3. Ra’ sukun karena waqaf dan setelahnya ada Ya’ yang dibuang.

Kategori ini berlaku pada:

 Kata (وَنُذُرِ) yang terdapat di suarat Al-Qamar ayat 16, 18, 21, 30, 37, dan 39.

 Kata (يَسْرِ) di Al-Fajr ayat 4.

 Kata (فَأَسْرِ) di surat Hud: 81, Al-Hijr: 65, dan Ad-Dukhan: 23.

 Kata (أَسْرِ) di surat Taha: 77 dan Asy-Syuara’: 52.

Huruf ra’ pada kata-kata di atas ketika waqaf boleh dibaca tafkhim atau tarqiq. Adapun penyebab boleh tafkhim dan tarqiq adalah yang membacanya dengan tarqiq untuk mengisyaratkan adanya huruf Ya’ yang dibuang dan yang membacanya dengan tafkhim karena berdasarkan kaidah dasar hukum ra’. Adapun hukum yang lebih utama adalah tafkhim karena sesuai dengan kaidah ra’ dan secara rasm utsmani tidak huruf Ya’nya.

 

3.     Isti’la dan Istifal

Tafkhim juga diterapkan pada huruf yang bersifat isti’la. Isti’la adalah membunyikan huruf dengan mengangkat pangkal lidah ke langit-langit mulut, sehingga bunyi huruf menjadi lebih tinggi, tebal dan berat. Hurufnya ada 7 yaitu:

خُصَّ ضّغْطٍ قِظْ (خ ص ض غ ط ق ظ)

Lawan sifat isti’la adalah istifal dan harus dibaca tarqiq atau tipis. istifal adalah menurunnya pangkal lidah dari langit-langit (tetap berada di bawah) ketika mengucapkan huruf, sehingga bunyi huruf menjadi rendah, tipis dan ringan. Hurufnya ada 21 yaitu:

ثَبَتَ عِزُّ مَنْ يُجَوِّدُ حَرْفَهُ اِنْ سَلَّ شَكَا (ث ب ت ع ز م ن ي ج و د ح ر ف ه أ ن س ل ش ك ا)

 

0 Comments: