IFTITAH
Iftitah
(اِفْتِتَاح) menurut bahasa berarti membuka, sedangkan
menurut istilah adalah pembukaan dalam bacaan Al-Qur’an yang diawali dengan
membaca isti’adzah, basmalah, lalu diteruskan dengan membaca ayat.
Seseorang
qorri’ (pembaca Al-qur’an) bila ia hendak membaca Al-qur’an, baik pada awal
surat maupun di tengah-tengahnya, maka ia sunnah membaca do’a minta
perlindungan kepada Allah dari godaan Syaitan, Do’a itu dikenal dengan istilah
: “Isti’adzah atau Ta’awwudz”,
1.
Pengertian Isti’adzah & Basmalah
a.
Pengertian Isti’adzah
Arti
isti’adzah menurut bahasa adalah berlindung, berupaya kuat dan berpegang teguh.
Sedangkan menurut istilah adalah suatu permohonan kepada allah guna mendapatkan
kekuatan sehingga dengannya terpelihara dari godaan syaitan yang terkutuk.
Isti’adzah
dikenal dengan ta’awudz dan Ulama sepakat menegaskan bahwa kalimat istiadzah
tidak termasuk ayat Al-Qur’an. Diantara manfaat Ta’awudz ialah untuk menyucikan
mulut dari perkataan sia- sia dan buruk yang biasa dilakukannya dan untuk mengharumkannya.
b.
Pengertian Basmalah
Makna
basmalah yaitu memulai dengan menyebut asma Alloh dan mengingat-Nya sebelum
segala sesuatu, mengharap pertolongan kepada Alloh S.W.T disemua urusan.
Sesungguhnya Rabbi yang disembah, yang memiliki segala kelebihan, kemurahan
hati, keluasan rahmah, banyak keutamaanNya. Dan kebaikan atas rahmatNya
mencakup segala sesuatu serta kebaikanNya meliputi seluruh makhluk.
Disebut
juga dengan tasmiyah yaitu ucapan :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
” Dengan menyebut nama
allah yang maha pengasih lagi penyayang”
2.
Landasan Hukum Isti’adzah &
Basmalah
·
AlQur’an surat An-Nahl ayat 98 yaitu :
فَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرآنَ
فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ الرَّجِيْمِ
“Maka apabila engkau hendak membaca
Al-Qur’an, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang
terkutuk”.
·
Hadits Nabi, yaitu :
كُلُّ اَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ
يُبْدَأُبِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ اَقْطَعُ
“Setiap urusan yang penting yang tidak
dimulai dengan membaca kalimat bismillaahir-rahmaanir-rahiim, maka terputuslah
berkahnya”.
3.
Lafadz Isti’adzah & Basmalah
a.
Isti’adzah/Ta’awwudz :
Lafadz
isti’adzah yang asli dari Rasulullah SAW adalah :
اعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Dan dikalangan ulama qurro’ timbul
beberapa lafadz isti’adzah antara lain sebagai berikut :
1.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ
2.
أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ
الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
3.
أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
4.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ إنَّهُ هُوَ السَّميْعُ الْعَلِيْم
5.
أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْم
السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Dalam Q.S At-Taubah Pada mushaf
tertulis :
أَعُوْذُ
بِا اللهِ مِنَ النَّارِ. وَمِنْ شَرِّ الْكُفَّارِ . وَمِنْ غَضَبِ الْجَبَّار.
الْعِزَّةُ للهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ
Rasulullah
SAW & Para Ahli Al-Qur’an tidak memakai Ta’awudz seperti itu, untuk itu
mending memakai ta’awudz yang
أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
b.
Basmalah :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
4.
Hukum Isti’adzah & Basmalah
a.
Isti’adzah/Ta’awwudz
Hukum
membaca Isti’adzah/Ta’awwudz untuk
mengawali membaca ayat Al-Qur’an itu Sunnah
b.
Basmalah
Adapun
hukum membaca basmalah sebagai berikut ;
·
Wajib – Alfatihah
·
Sunnah – Awal surat lain
·
Haram – Awal surat attaubah
·
Makruh – Tengah-tengah surat attaubah
Beberapa
pendapat mengenai basmalah :
1.
Imam Syafi’i
Imam
Syafi’I menilai Basmalah sebagai ayat pertama dari surah al-Fatihah, dan karena
shalat tidak sah tanpa membaca al-Fatihah . Dalam arti lain, sebelum membaca
al-fatiah hukumnya wajib membaca basmalah dan apabila tidak maka tidak sah.
Ar-Rahman
ar-Rahim, Dengan kata ar-Rahman digambarkan bahwa Tuhan mencurahkan rahmat-Nya,
sedangkan dengan kata ar-Rahim dinyatakan bahwa Alloh memiliki sifat rahmat
yang melekat pada-Nya. Ada juga ulama yang memahami kata ar-Rahman sebagai
sifat Allah swt. yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara ini meliputi
seluruh makhluk, tanpa kecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan kafir.
2.
Imam Malik
Imam
Malik berpendapat bahwa Basmalah bukan bagian dari al-Fatihah, dan karena itu
ia tidak dibaca ketika membaca al-Fatihah dalam shalat. Alasannya antara lain
adalah perbedaan pendapat itu. Ini karena al- Qur’an bersifat mutawatir, dalam
arti periwayatannya disampingkan oleh orang banyak yang jumlahnya meyakinkan,
sedang riwayat tentang Basmalah dalam al-Fatihah tidak demikian. Buktinya
adalah kenyataan terjadinya perbedaan pendapat.
3.
Pendapat lain
Akan
tetapi pendapat yang paling shahih menyatakan bahwa, basmalah merupakan pemisah
antar surat, sebagaimana yang dikemukakan oleh ibnu abbas yang diriwayatkan
oleh abu daud. Barangsiapa yang berpandangan bahwa ia termasuk fatihah, berarti
ia berpendapat bahwa membacanya harus dzahir dalam shalat, dan orang yang tidak
berpendapat demikian, berarti membacanya secara sir [tidak keras].
Masing-masing pendapat itu dianut oleh para sahabat sesuai dengan pandangannya
sendiri.
5.
Cara membaca Isti’adzah,
Basmalah dan ayat
a.
Pada awal surah terdapat empat macam
cara, yaitu :
1.
قَطْعُ الْجَمِيْع
Qath’ul
Jam’i,
yaitu memutus semuanya. Contohnya :
اَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ الرَّجِيْمِ☼ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
☼قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ☼
2.
قَطْعُ الأَوَّلِ وَوَصْلُ
الثَّانِيْ بِالثَّالِثِ
Qath’ul
Awwal Wa Washluts Tsani Bitstsalits, yaitu memutus yang
pertama dan menyambung yang kedua dengan yang ketiga.. Contohnya :
اَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ الرَّجِيْمِ☼ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
__ قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
3.
وَصْلُ الأَوَّلِ بِالثَّانِيْ مَعَ
الْوَقْفِ عَلَيْهِ وَقَطْعُ الثَّالِثِ
Washlul
Awwal Bitstsani Ma’al Waqfi ‘Alaihi Wa Qath’utstsalits,
yaitu menyambung yang pertama dengan yang kedua lalu berhenti, dan memutus yang
ketiga. Contohnya :
اَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ الرَّجِيْمِ __ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ☼
قُلْ
اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَق
4.
وَصْلُ الْجَمِيْعِ
Washlul
Jam’i,
yaitu menyambung semuanya. Contohnya :
اَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ الرَّجِيْمِ ___
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ___
قُلْ
اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفلَقِ
b.
Diantara Dua Surah Dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu :
1.
قَطْعُ الْجَمِيْعِ
Qath’ul
Jam’i,
yaitu memutus semuanya. Contohnya :
وَلَمْ
يَكُنْ لَّه كُفُوًااَحَدٌ ☼ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ☼قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
2.
قَطْعُ الأَوَّلِ وَوَصْلُ
الثَّانِيْ بِالثُّالِثِ
Qath’ul
Awwal Wa Washlutstsani Bitstsalits, yaitu memutus yang
pertama dan menyambung yang kedua dengan yang ketiga. Contohnya berikut ini :
قُلْ
اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ __
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
☼
وَلَمْ
يَكُنْ لَّه كُفُوًااَحَدٌ
3.
وَصْلُ الْجَمِيْعِ
Washlul
jam’i,
yaitu menyambung semuanya. Contohnya :
وَلَمْ
يَكُنْ لَّه كُفُوًااَحَدٌ __
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ __
قُلْ
اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
c.
Cara membaca Basmalah yang dilarang
وَصْلُ
الأَوَّلِ بِالثَّانِيْ مَعَ الْوَقْفِ عَلَيْهِ وَقَطْعُ الثَّالِثِ
Washlul
Awwal Bitstsani Ma’al Waqfi ‘Alaihi Wa Qath’utstsalits yaitu
menyambung yang pertama dengan yang kedua lalu berhenti, dan memutus yang
ketiga.
Hal
ini dikhawatirkan ada sangkaan, bahwa basmalah adalah akhir surah. Contoh
berikut :
وَلَمْ يَكُنْ لَّه كُفُوًا اَحَدٌ __ بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ☼قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
d.
Basmalah pada Awal Surat At-Taubah
Ulama
Fuqoha Sepakat untuk meninggalkan basmalah, terutama Ulama Syafi’iyah
berpendapat sebagai berikut :
1.
Imam Ibn Hajar
Pada awal surat = haram.
Tengah surat = makruh.
Alasan Asbabun nuzul : Allah lagi Murka
2.
Imam Romli
Pada awal surat = makruh.
Tengah surat = mubah.
Alasan : tidak ada dalil nash.
باب الوقف والإبتداء
BAB WAQOF DAN IBTIDA’
1.
Waqof
Waqof menurut
bahasa artinya: berhenti/ menahan, dan menurut istilah artinya: menghentikan
suara dan perketaan sebentar (menurut adat) untuk benafas bagi Qori’, (pembaca
Al-Quran) dengan niat untuk melanjutkan bacaan bukan berniat menghentikan
bacaan.
Waqof
ini boleh dilakukan hanya pada akhir ayat (Ro’sul ayat) dan bernafas:
tidak boleh dipertengahan antara dua kata (kalimat) yang bentuk tulisannya
bersambung seperti:
اينما asalnya
اين-
ما waqof
ini bukanlah saktah dan bukan qotho’
Adapun
saktah menurut bahasa artinya: mencegah dan menurut istilah artinya: berhenti
antara dua kalimat tampa bernafas dengan niat melanjutkan bacaan, saktah ini
yang berlaku diantara dua kalimat seperti: كلا بل ران dan
menurut imam hamzah juga berlaku pada setiap sukun atau tanwin brtemu dengan
hamzah seperti contoh: عذاب
اليم، قل إنّ هدىً dan
pada pertenghan kalimat seperti contoh: وبالأخرة
Menurut
Imam Hafsh saktah didalam Al-Qur’an hanya ada empat (4) yaitu:
1.
وَلَمْ
يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا ( الكهف/18:
1-2)
2.
مِنْ
مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ ( يٰسۤ/36: 52-52)
3.
وَقِيْلَ
مَنْ ۜرَاقٍۙ ( القيٰمة/75: 27-27)
4.
كَلَّا
بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ ( المطفّفين/83: 14-14)
2. Qotho’
Adapun
qotho’ menurt bahasa Artinya: memotong, menurut istilah Artinya:
menghentikan bacaan dengan tidak melanjutkan sehingga Qori’ (pembaca Al-Qur’an)
apabila hendak melanjutkan disunnatkan membaca ta’awwudz أعوذبالله
من الشيطان الرجيم
3.
Ibtida’
Ibtida’
Menurt bahasa artinya: Memulai menurut istilah artinya: memulai bacaan sesudah
waqof, ibtida’ ini boleh dilakukan hanya pada perkataan/ kalimat yang
tidan merusak arti susunan kalimat:
صِرَاطَ
الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ( الفاتحة/1: 7-7)
Dalam ayat
tersebut tidak boleh ibtida’/ mengulang dari
kalimat الذين tetapi harus
diulang dari kalimat صراط
أقسام الوقف
PEMBAGIAN WAQOF
Secara umum waqof
dibagi 4:
1.
إضطراري
2.
إنتظاري
3.
إختباري
4.
إختياري
Keterangan:
1.
إضطرارى: Artinya terpaksa, yaitu waqof dilakukan
oleh Qori’ (pembaca) karena kehabisan nafas, batuk, lupa dan lain sebagainya.
Dalam
hal ini Qori’ boleh berhenti pada kalimat manapun yang ia sukai akan tetapi
wajib memulai bacaan dari kalimat dimana ia berhenti, jika ibtida’/ memulai
seperti itu maka dibenarkan (tidak merusak makna kalimat)
2.
انتظاري: Artinya berhenti menunggu , yaitu Qori’
berhenti pada sebuah kata yang perlu dihubungkan dengan kalimat wajah lain pada
bacaannya ketika ia menghimpun beberapa qiroat karena adanya perbedaan riwayat
3.
إختباري: Artinaya berhenti diuji , yaitu ketika
Qori’ diuji untuk menerapkan Almaqtu’ (kalimat terpotong) seperti: أين- ما dan Almaushul (kalimat
bersambung)
Keteranagan :
Dalam
waqof tersebut Qori’ (pembaca) hanya boleh berhenti karena hajat/ keperluan,
seperti ditanya oleh penguji atau karena sedang mengajar
4.
أختياري
Artinya:
berhenti yang dipilih waqof. Waqof ikhitiyari inilah waqof yang
disengaja/ dituju/ dipilih, bukan karena sebab-sebab diats (no 1,
2 dan 3)
Waqof
Ikhtiyari dibagi menjadi 4 macam :
1.
Waqof Tam
2.
Waqof Kafi
3.
Waqof Hasan
4.
Waqof Qobich
Keterangan:
1.
Waqof Tam yaitu: berhenti pada perkataan yang sempurna
susunan kalimatnya (tidak berkaitan dengan kalimat sesudahnya, baik dari lafadz
maupun makna). Waqof ini pada umumnya terdapat diakhir ayat (Ro’sul
ayat) seperti waqof dalam ayat:
مٰلِكِ
يَوْمِ الدِّيْنِۗ ( الفاتحة/1: 4-4)
dan
ketikan habis qishoh seperti berheniti pada:
اُولٰۤىِٕكَ
عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ٥ اِنَّ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْا …
Terkadang Waqof Tam berhenti sebelum
sampai pada akhir ayat seperti waqof pada:
قَالَتْ اِنَّ الْمُلُوْكَ اِذَا دَخَلُوْا قَرْيَةً
اَفْسَدُوْهَا وَجَعَلُوْٓا اَعِزَّةَ اَهْلِهَآ اَذِلَّةً ۚوَكَذٰلِكَ
يَفْعَلُوْنَ ( النمل/27: 34-34)
Terkadang waqof tam berhenti
dipertengahan ayat seperti waqof pada:
لَقَدْ اَضَلَّنِيْ عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ اِذْ
جَاۤءَنِيْۗ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِلْاِنْسَانِ خَذُوْلًا ٢٩ ( الفرقان/25: 29-29)
Dan terkadang waqof tam berhenti pada
sesudah akhir ayat seperti waqof pada :
وَاِنَّكُمْ
لَتَمُرُّوْنَ عَلَيْهِمْ مُّصْبِحِيْنَۙ ١٣٧ وَبِالَّيْلِۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
ࣖ ١٣٨ ( الصّٰۤفّٰت/37: 137-138)
Catatan:
Sebaiknya bagi Qori’ (pembaca)
berhenti pada Waqof Tam tersebut dan ibtida’ (memulai) pada perkataan/
kalimat sesudahnya
- Waqof
Kafi
yaitu: berhenti pada perkataan yang sempurna susunan kalimatnya, tetapi masih
berkaitan dengan makna kalimat sesudahnya tidak berkaitan
dalam lafdznya.
sebaiknya Qori’ (pembaca) berhenti
pada perkataan/ kalimat tersebut, dan memulai pada kalimat sesudahnya, seperti
waqof pada: لا
يؤمنون dan
memulai/ ibtida’ dari:
خَتَمَ الله عَلىَ قُلُوبِهِمْ ....
Terkadang Waqof-waqof Kafi ini yang satu lebih
utama dari yang lain seperti waqof pada:
في قلُوبِهِم مَرَضٌ ( kafi)
tetapi yang lebih kafi waqof pada:
فِى قُلُوبِهِم مَرَضٌلافَزَدَهُمُ اللهُ مَرَضاً
dan lebih kafi lagi waqof pada:
بما كانو يكذبون
- Waqof
Hasan
yaitu: berhemti pada perkataan/ kalimat yang sempurna susunan kalimatnya, tetapi
lafadz dan maknanya masih bekaitan dengan lafadz dan
makna sesudahnya seperti waqof pada:
الحمدالله kemudian memulai (ibtida’) pada: رَبّ العَالمين, kalimat
“Alhamdulillahi” ini sekalipun sempurna lafadz Allahu
masih berkaitan dengan lafadz “Robbil alamina”
Maka
Hukumnya:
a.
Sebaiknya Qori’ (pembaca) berhenti
pada Waqof Hasan ini dan btida’ pada perkataan/ klimat sesudahnya, jika
ia merupkan Ro’sul ayat seprti waqof pada:
رَبِ العَالَمِينَ dan memuai dari ayat: الرحمنِ الرّحِم
b.
Qori’ (pembaca)
boleh berhenti pada Waqof Hasan dan memulai dari kalimat sebelum waqof tersebut
jika buakn Ro’sul ayat seperti waqof pada:
الحمد
لله maka
harus mengulang الحمدلله untuk
disambung denganربّ العالمين karena
ibtida’/memulai dariربّ
العالمين adalah Waqof Qobich (buruk)
- Waqof
Qobich yaitu: berhenti pada perkataan/ kalimat yang tidak
sempurna susunan kaimatya, karena lafadz dan makanya masih berkaitan
dengan kalimat sesudahnya seperti waqof pada:
الحمد لله ربّ العالمين مالك.....
Dari ayat: مالك يوم الدين karena مالك dan
يوم
الدين adalah
dua kata yang tidak dapat dipisahkan (kata majmuk) yaitu mudlof dan mudlof
ilaih Qori’ (pembaca) tidak boleh berheti dengan sengaja pada Waqof Qobich
kecuali karena darurat, seperti kehabisan nafas, bersin dan sebagainya.
Berhenti pada Waqof Qobich dengan alasan tersebut dinamakan waqof dlorurat.
Begitu pula tidak boleh ibtida’ pada perkataan/ kalimat yang sesudah Waqof
Qobich tersebut.
Dan paling qobich (paling buruk) waqof
dan ibtida’ pada perkataan yang menggambarkan kelainan makna.
Diantara Waqof Qobich adalah waqof
pada perkataan yang pemahamannya tidak pantas bagi Allah seperti waqof dalam
ayat:
۞ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ ٢٦ (
البقرة/2: 26-26)
Artinya: Sesungguhnya allah tidak malu
Atau pada
perkataan yang pemahamannya menyalahi aqidah seperti waqof dalam ayat:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ٥١ (
الماۤئدة/5: 51-51)
Artinya:
Sesungguhnya Allah Tidak Memberi Petunjuk
Atau pada perkataan yang pemahamannya
tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh allah seperti wqof pada ayat:
إِنَّمَا يَسْتَجِيْبُ الّذِيْنَ
يَسْمَعُوْنَقلىوَالمَوْتَى* يَبْعَثُهُمُ الله (الأنعام: 36
Artinya: Sesungguhnya
allah telah mangabulkan orang-prang yang mendengarkannya dan orang-orang mati
Atau pada perkataan yang tidak bisa
difaham maknanya ,seperti waqof pada ayat.
بسم*الله الرحمن الرحيم
Artinya: dengan nama
الوقف على حروف المدّ (العلة)
WAQOF PADA HURUF MAD (HURUF ILLAT)
1.
Alif Diakhir Kata/ Kalimat
a.
Tetap dibaca ketika waqof seperti:
فَإِنْ كاَنَتَا*اِثْنَتَيْنِ (
النساء :176)
b.
Dibuang ketika diwashol dengan huruf mati
seperti:
فَإِنْ كاَنَتَ*ثْنَتَيْنِ
2.
Wawu Diakhir Kata/ Kalimat
a.
Tetap dibaca ketika waqof seperti:
وَامْتَازُوْا*اليَوم َ( يس: 59)
b.
Dibuang ketika diwashol dengan huruf
sukun seperti: وَاَمْتَازُاليَوْمَ
3.
Ya’ Diakhir Kata/ Kalimat
a.
Ya’ diakhir kata yang dibuang bentuk
tulisannya dalam mushaf ketika diwaqof/ washol
tidak boleh dibaca (dibuang) seperti:
قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ( المؤمنون
:99) يّاعِبَادِ فَاتَّقُوْنِ(الزمر: 16)
Tidak boleh dibaca:قَالَ
رَبِّ ارْجِعُونِيْ ياعِبَادِفَاتَّقُونِيْ
Tetapi menurut riwayat Imam Hafsh ya’
dalam kata “أَتَانِ: النمل: 36”
(dibuang dalam bentuk tulisannya) apabila diwaqof ada dua bacaan:
1.
Ya’nya tetap dibaca, dibaca:
فَمَا أَتَانِيْ*الله خَيْرٌ مِمَّا
أَتَاكُمْ
2.
Ya’nya dibuang, dibaca:
فَمَا أَتَانِ*الله خَيْرٌ مِمَّا
أَتَاكُمْ
Dan apabila Washol, maka ya’ tetap
dibaca dengan harokat fathah, dibaca:
فَمَا أَتَانِيَ الله خَيْرٌ مِمَّا
أَتَاكُمْ
b.
Ya’ diakhir kata yang tidak dibuang
(tetap dalam bentuk tulisannya) dalam mushaf.
Apabila washol (disambung dengan
kaliamt sesudahnya) dibagi 3 (tiga) :
1.
Ya’ harokat fathah maka ya’nya tetap
dibaca, seperti:
وَقَلِيْلٌ مِنْ عِبَادِيَ
الشَّكُور: السباء: 13
2.
Ya’ Sukun (Mati) dan
berhadapan dengan huruf yang berharokat, maka ya’’nya tetap dibaca, seperti:
تَوَفَّنِِيْ مُسْلِماً وَالحِقْنِيْ
بِالصَّلِحِيْن ( يوسف :101 )
3.
Ya’ Sukun (Mati) dan
berhadapan dengan huruf mati, maka ya’nya dibuang sperti:حَاضِرِى
المَسْجِدِالحَرَامِ (البقرة: 196)
Apabila
waqof, baik berharokat,sukun/ mati maka ya’nya tetap dibaca seperti:
تَوَفَّنِِيْ مُسْلِماً وَالحِقْنِيْ
*بِالصَّلِحِيْن(يوسف :101)
وَقَلِيْلٌ مِنْ
عِبَادِيْ*الشَّكُور(السباء:13)
حَاضِرِىْ * المَسْجِدِالحَرَامِ
(البقرة: 196)
الوقف على التاء والهاء
WAQOF PADA TA’ & HA’
1.
Ta’ Ta’nits
Ta’ muannas (تاء تاءنيث) dalam isim pada akhir kata/ kalimat ada 2
(dua) bentuk :
1.
Ditulis dalam bentuk Ha’ta’nis/ ta’
marbuthoh (ة ـة) Adapun ketika waqof pada kalimat
tersebut, Apabila Ta’ta’nis tersebut berbentuk Ha’ta’nis (ـة) baik berharokat fathah, kasrah atau dlommah,
tanwin atau tidak maka harus diwaqofkan dalam bunyi ha’ sakinah (ـهْ هْ) seperti dalam contoh:
إنّ الصلاهْ
Ketika washol dibaca:
إنّ الصّلاَةَ تـنهَى عَنِ
الفَحْشَآءِوَالمــُنْكَرْ..الأية
Dan: وَمَابـِـكُمْ مِنْ نِعْمَهْ
Ketika washol dibaca :وَمَا
بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ الله. الاية
2.
Ditulis dalam bentuk Ta’majruroh/
Ta’mabsuthoh (ت) Adapun ketika waqof pada kalimat
tersebut Apabila Ta‘ta’nis tersebut berbentuk Ta’majruroh (ت) baik berharokat fathah, kasrah atau
dlommah, ditanwin atau tidak maka harus diwaqofkan dalam bunyi Ta’
Seperti dalam contoh: وًكَذَالِكَ حَقَّتْ كَلِمَتْ.....
Ketika washol dibaca:
وَكَذَالِكَ حَقّتْ كَلِمَتُ رَبّكَ
عَلَى الذِيْنَ فَسَقُوا....(الآية
)
2.
Ha’ Dlomir (هُ/ هِ/ هَا)
Ha’dlomir ketika diwaqof ada 3 (tiga)
hal
1.
Apabila Ha’ tersebut berharokat
fathah, dengan kata lain Ha’ muannas ketika waqof yang lebih utama waqof
pada Alif, seperti: وَالشَمسِ وَضُحَهَا
2.
Apabila ha’ tersebut berharokat
dlommah/ kasrah, ketika waqof yang lebih utama waqof pada ha’ sakinah/ sukun,
seperti:
قال لَهْ، وَاَنَا اَجْزِيْ بِهْ...
3.
Dan apabila Ha’ tersebbut diapit dua
harokat dan disambung dengan kalimat sesudahnya maka harus dibaca panjang 1
Alif (Mad shilah) seperti:
إنّهُ
بِعِبَادِهِ خَبَيْرٌ dibaca:
إِنَّهُوْ
بِعِبَادِهِي خَبِيْرٌ
علا مة الوقف
TANDA-TANDA WAQOF
NO |
NAMA |
TANDA
WAQOF |
KETERANGAN |
1 |
لازم |
م |
Harus
berhenti |
2 |
ممنوع |
لا |
Tidak boleh berhenti tanpa
mengulang. kecuali pada Ro’sul ayat,boleh berhemti tanpa mengulang |
3 |
جائز |
ج |
Boleh
berhenti boleh terus |
4 |
الوقف اولى |
قلى |
Boleh
terus berhenti lebih baik |
5 |
الوصل اولى |
صلى |
Boleh
berhenti terus lebih baik |
6 |
معانقة |
ﻨ ﻨ |
Hanya boleh behenti pada salah satu
tanda waqof |
7 |
مطلق |
ط |
Boleh
terus, berhenti lebih baik. |
8 |
مجوّز |
ز |
Boleh
berhenti, terus lebih baik. |
9 |
مرخص |
ص |
Boleh
berhenti, terus lebih baik |
10 |
قيل الوقف |
ق |
Sebagian kecil Qurro’
membolehkan berhenti. |
11 |
وقف |
وقف |
Baik
berhenti, dan terus tidak salah. |
12 |
سكتة |
س |
Berhenti
sejenak tanpa barnafas |
0 Comments:
Posting Komentar