Pages

Sabtu, 07 September 2024

WAQOF DAN IBTIDA’

IFTITAH

Iftitah (اِفْتِتَاح) menurut bahasa berarti membuka, sedangkan menurut istilah adalah pembukaan dalam bacaan Al-Qur’an yang diawali dengan membaca isti’adzah, basmalah, lalu diteruskan dengan membaca ayat.

Seseorang qorri’ (pembaca Al-qur’an) bila ia hendak membaca Al-qur’an, baik pada awal surat maupun di tengah-tengahnya, maka ia sunnah membaca do’a minta perlindungan kepada Allah dari godaan Syaitan, Do’a itu dikenal dengan istilah : “Isti’adzah atau Ta’awwudz”,

1.      Pengertian Isti’adzah & Basmalah

a.      Pengertian Isti’adzah

Arti isti’adzah menurut bahasa adalah berlindung, berupaya kuat dan berpegang teguh. Sedangkan menurut istilah adalah suatu permohonan kepada allah guna mendapatkan kekuatan sehingga dengannya terpelihara dari godaan syaitan yang terkutuk.

Isti’adzah dikenal dengan ta’awudz dan Ulama sepakat menegaskan bahwa kalimat istiadzah tidak termasuk ayat Al-Qur’an. Diantara manfaat Ta’awudz ialah untuk menyucikan mulut dari perkataan sia- sia dan buruk yang biasa dilakukannya dan untuk mengharumkannya.

b.      Pengertian Basmalah

Makna basmalah yaitu memulai dengan menyebut asma Alloh dan mengingat-Nya sebelum segala sesuatu, mengharap pertolongan kepada Alloh S.W.T disemua urusan. Sesungguhnya Rabbi yang disembah, yang memiliki segala kelebihan, kemurahan hati, keluasan rahmah, banyak keutamaanNya. Dan kebaikan atas rahmatNya mencakup segala sesuatu serta kebaikanNya meliputi seluruh makhluk.

Disebut juga dengan tasmiyah yaitu ucapan :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

”   Dengan menyebut nama allah yang maha pengasih lagi penyayang”

2.      Landasan Hukum Isti’adzah & Basmalah

·         AlQur’an surat An-Nahl ayat 98 yaitu :

فَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ الرَّجِيْمِ

“Maka apabila engkau hendak membaca Al-Qur’an, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”.

·         Hadits Nabi, yaitu :

كُلُّ اَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُبِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ اَقْطَعُ

“Setiap urusan yang penting yang tidak dimulai dengan membaca kalimat bismillaahir-rahmaanir-rahiim, maka terputuslah berkahnya”.

 

3.      Lafadz Isti’adzah & Basmalah

a.       Isti’adzah/Ta’awwudz :

Lafadz isti’adzah yang asli dari Rasulullah SAW adalah :

 اعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Dan dikalangan ulama qurro’ timbul beberapa lafadz isti’adzah antara lain sebagai berikut :

1.          أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

2.         أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

3.         أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

4.         أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ إنَّهُ هُوَ السَّميْعُ الْعَلِيْم

5.         أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْم السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Dalam Q.S At-Taubah Pada mushaf tertulis :

أَعُوْذُ بِا اللهِ مِنَ النَّارِ. وَمِنْ شَرِّ الْكُفَّارِ . وَمِنْ غَضَبِ الْجَبَّار. الْعِزَّةُ للهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ

Rasulullah SAW & Para Ahli Al-Qur’an tidak memakai Ta’awudz seperti itu, untuk itu mending memakai ta’awudz yang

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

b.      Basmalah :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

4.      Hukum Isti’adzah & Basmalah

a.       Isti’adzah/Ta’awwudz 

Hukum membaca Isti’adzah/Ta’awwudz  untuk mengawali membaca ayat Al-Qur’an itu Sunnah

b.      Basmalah

Adapun hukum membaca basmalah sebagai berikut ;

·         Wajib – Alfatihah

·         Sunnah – Awal surat lain

·         Haram – Awal surat attaubah

·         Makruh – Tengah-tengah surat attaubah

Beberapa pendapat mengenai basmalah :

1.      Imam Syafi’i

Imam Syafi’I menilai Basmalah sebagai ayat pertama dari surah al-Fatihah, dan karena shalat tidak sah tanpa membaca al-Fatihah . Dalam arti lain, sebelum membaca al-fatiah hukumnya wajib membaca basmalah dan apabila tidak maka tidak sah.

Ar-Rahman ar-Rahim, Dengan kata ar-Rahman digambarkan bahwa Tuhan mencurahkan rahmat-Nya, sedangkan dengan kata ar-Rahim dinyatakan bahwa Alloh memiliki sifat rahmat yang melekat pada-Nya. Ada juga ulama yang memahami kata ar-Rahman sebagai sifat Allah swt. yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara ini meliputi seluruh makhluk, tanpa kecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan kafir.

2.      Imam Malik

Imam Malik berpendapat bahwa Basmalah bukan bagian dari al-Fatihah, dan karena itu ia tidak dibaca ketika membaca al-Fatihah dalam shalat. Alasannya antara lain adalah perbedaan pendapat itu. Ini karena al- Qur’an bersifat mutawatir, dalam arti periwayatannya disampingkan oleh orang banyak yang jumlahnya meyakinkan, sedang riwayat tentang Basmalah dalam al-Fatihah tidak demikian. Buktinya adalah kenyataan terjadinya perbedaan pendapat.

3.      Pendapat lain

Akan tetapi pendapat yang paling shahih menyatakan bahwa, basmalah merupakan pemisah antar surat, sebagaimana yang dikemukakan oleh ibnu abbas yang diriwayatkan oleh abu daud. Barangsiapa yang berpandangan bahwa ia termasuk fatihah, berarti ia berpendapat bahwa membacanya harus dzahir dalam shalat, dan orang yang tidak berpendapat demikian, berarti membacanya secara sir [tidak keras]. Masing-masing pendapat itu dianut oleh para sahabat sesuai dengan pandangannya sendiri.

 

5.       Cara membaca Isti’adzah, Basmalah dan ayat

 

a.      Pada awal surah terdapat empat macam cara, yaitu :

1.    قَطْعُ الْجَمِيْع

Qath’ul Jam’i, yaitu memutus semuanya. Contohnya :

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ 

2.    قَطْعُ الأَوَّلِ وَوَصْلُ الثَّانِيْ بِالثَّالِثِ

Qath’ul Awwal Wa Washluts Tsani Bitstsalits, yaitu memutus yang pertama dan menyambung yang kedua dengan yang ketiga.. Contohnya :

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ __ قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ 

3.    وَصْلُ الأَوَّلِ بِالثَّانِيْ مَعَ الْوَقْفِ عَلَيْهِ وَقَطْعُ الثَّالِثِ

Washlul Awwal Bitstsani Ma’al Waqfi ‘Alaihi Wa Qath’utstsalits, yaitu menyambung yang pertama dengan yang kedua lalu berhenti, dan memutus yang ketiga. Contohnya :

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ الرَّجِيْمِ __ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَق

4.    وَصْلُ الْجَمِيْعِ

Washlul Jam’i, yaitu menyambung semuanya. Contohnya :

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ الرَّجِيْمِ ___ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ___ قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفلَقِ 

b.      Diantara Dua Surah Dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

1.    قَطْعُ الْجَمِيْعِ

Qath’ul Jam’i, yaitu memutus semuanya. Contohnya :

وَلَمْ يَكُنْ لَّه كُفُوًااَحَدٌ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ  

2.    قَطْعُ الأَوَّلِ وَوَصْلُ الثَّانِيْ بِالثُّالِثِ

Qath’ul Awwal Wa Washlutstsani Bitstsalits, yaitu memutus yang pertama dan menyambung yang kedua dengan yang ketiga. Contohnya berikut ini :

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ __ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ وَلَمْ يَكُنْ لَّه كُفُوًااَحَدٌ  

3.    وَصْلُ الْجَمِيْعِ

Washlul jam’i, yaitu menyambung semuanya. Contohnya :

وَلَمْ يَكُنْ لَّه كُفُوًااَحَدٌ __ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ __ قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ   

c.       Cara membaca Basmalah yang dilarang

وَصْلُ الأَوَّلِ بِالثَّانِيْ مَعَ الْوَقْفِ عَلَيْهِ وَقَطْعُ الثَّالِثِ

Washlul Awwal Bitstsani Ma’al Waqfi ‘Alaihi Wa Qath’utstsalits yaitu menyambung yang pertama dengan yang kedua lalu berhenti, dan memutus yang ketiga.

Hal ini dikhawatirkan ada sangkaan, bahwa basmalah adalah akhir surah. Contoh berikut :

وَلَمْ يَكُنْ لَّه كُفُوًا اَحَدٌ __ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ 

d.       Basmalah pada Awal Surat At-Taubah

Ulama Fuqoha Sepakat untuk meninggalkan basmalah, terutama Ulama Syafi’iyah berpendapat sebagai berikut :

1.      Imam Ibn Hajar

Pada awal surat = haram.

Tengah surat = makruh.

Alasan Asbabun nuzul : Allah lagi Murka

2.      Imam Romli

Pada awal surat = makruh.

Tengah surat = mubah.

Alasan : tidak ada dalil nash.

 

باب الوقف والإبتداء

BAB WAQOF DAN IBTIDA’

1.      Waqof

Waqof menurut bahasa artinya: berhenti/ menahan, dan menurut istilah artinya: menghentikan suara dan perketaan sebentar (menurut adat) untuk benafas bagi Qori’, (pembaca Al-Quran) dengan niat untuk melanjutkan bacaan bukan berniat menghentikan bacaan.

Waqof ini boleh dilakukan hanya pada akhir ayat (Ro’sul ayat) dan bernafas: tidak boleh dipertengahan antara dua kata (kalimat) yang bentuk tulisannya bersambung seperti:

اينما  asalnya اين- ما  waqof ini bukanlah saktah dan bukan qotho’

Adapun saktah menurut bahasa artinya: mencegah dan menurut istilah artinya: berhenti antara dua kalimat tampa bernafas dengan niat melanjutkan bacaan, saktah ini yang berlaku diantara dua kalimat seperti: كلا بل ران dan menurut imam hamzah juga berlaku pada setiap sukun atau tanwin brtemu dengan hamzah seperti contoh: عذاب اليم، قل إنّ هدىً dan pada pertenghan kalimat seperti contoh: وبالأخرة

Menurut Imam Hafsh saktah didalam Al-Qur’an hanya ada empat (4) yaitu:

1.          وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا ( الكهف/18: 1-2)

2.         مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ ( يٰسۤ/36: 52-52)

3.         وَقِيْلَ مَنْ ۜرَاقٍۙ ( القيٰمة/75: 27-27)

4.         كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ ( المطفّفين/83: 14-14)

 

2.      Qotho’

Adapun qotho menurt bahasa Artinya: memotong, menurut istilah Artinya: menghentikan bacaan dengan tidak melanjutkan sehingga Qori’ (pembaca Al-Qur’an) apabila hendak melanjutkan disunnatkan membaca ta’awwudz أعوذبالله من الشيطان الرجيم

3.      Ibtida’

Ibtida’ Menurt bahasa artinya: Memulai menurut istilah artinya: memulai bacaan sesudah waqof, ibtida’ ini boleh dilakukan hanya pada perkataan/ kalimat yang tidan merusak arti susunan kalimat:

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ( الفاتحة/1: 7-7)

Dalam ayat tersebut tidak boleh ibtida’/ mengulang dari kalimat الذين  tetapi harus diulang dari kalimat صراط



أقسام الوقف

PEMBAGIAN WAQOF

Secara umum waqof dibagi 4:

1.      إضطراري

2.      إنتظاري

3.      إختباري

4.      إختياري

Keterangan:

1.        إضطرارى: Artinya terpaksa, yaitu waqof dilakukan oleh Qori’ (pembaca) karena kehabisan nafas, batuk, lupa dan lain sebagainya.

Dalam hal ini Qori’ boleh berhenti pada kalimat manapun yang ia sukai akan tetapi wajib memulai bacaan dari kalimat dimana ia berhenti, jika ibtida’/ memulai seperti itu maka dibenarkan (tidak merusak makna kalimat)

2.        انتظاري: Artinya berhenti menunggu , yaitu Qori’ berhenti pada sebuah kata yang perlu dihubungkan dengan kalimat wajah lain pada bacaannya ketika ia menghimpun beberapa qiroat karena adanya perbedaan riwayat

3.        إختباري: Artinaya berhenti diuji , yaitu ketika Qori’ diuji untuk menerapkan Almaqtu’ (kalimat terpotong) seperti: أين- ما dan Almaushul (kalimat bersambung)

Keteranagan :

Dalam waqof tersebut Qori’ (pembaca) hanya boleh berhenti karena hajat/ keperluan, seperti ditanya oleh penguji atau karena sedang mengajar

4.        أختياري Artinya: berhenti yang dipilih waqof. Waqof ikhitiyari inilah waqof yang disengaja/ dituju/ dipilih, bukan karena sebab-sebab diats (no 1, 2 dan 3)

Waqof Ikhtiyari dibagi menjadi 4 macam :

1.      Waqof Tam

2.      Waqof Kafi

3.      Waqof Hasan

4.      Waqof Qobich

Keterangan:

1.      Waqof Tam yaitu: berhenti pada perkataan yang sempurna susunan kalimatnya (tidak berkaitan dengan kalimat sesudahnya, baik dari lafadz maupun makna). Waqof ini pada umumnya terdapat diakhir ayat (Ro’sul ayat) seperti waqof dalam ayat:

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ( الفاتحة/1: 4-4)

dan ketikan habis qishoh seperti berheniti pada:

اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ٥ اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا

Terkadang Waqof Tam berhenti sebelum sampai pada akhir ayat seperti waqof pada:

قَالَتْ اِنَّ الْمُلُوْكَ اِذَا دَخَلُوْا قَرْيَةً اَفْسَدُوْهَا وَجَعَلُوْٓا اَعِزَّةَ اَهْلِهَآ اَذِلَّةً ۚوَكَذٰلِكَ يَفْعَلُوْنَ ( النمل/27: 34-34)

Terkadang waqof tam berhenti dipertengahan ayat seperti waqof pada:

لَقَدْ اَضَلَّنِيْ عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ اِذْ جَاۤءَنِيْۗ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِلْاِنْسَانِ خَذُوْلًا ٢٩ ( الفرقان/25: 29-29)

Dan terkadang waqof tam berhenti pada sesudah akhir ayat seperti waqof pada :

وَاِنَّكُمْ لَتَمُرُّوْنَ عَلَيْهِمْ مُّصْبِحِيْنَۙ ١٣٧ وَبِالَّيْلِۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ࣖ ١٣٨ ( الصّٰۤفّٰت/37: 137-138)

Catatan:

Sebaiknya bagi Qori’ (pembaca) berhenti pada Waqof Tam tersebut dan ibtida’ (memulai) pada perkataan/ kalimat sesudahnya

  1. Waqof Kafi yaitu: berhenti pada perkataan yang sempurna susunan kalimatnya, tetapi masih berkaitan dengan makna kalimat sesudahnya tidak berkaitan dalam lafdznya.

sebaiknya Qori’ (pembaca) berhenti pada perkataan/ kalimat tersebut, dan memulai pada kalimat sesudahnya, seperti waqof pada: لا يؤمنون۝ dan memulai/ ibtida’ dari:

خَتَمَ الله عَلىَ قُلُوبِهِمْ ....

Terkadang Waqof-waqof Kafi ini yang satu lebih utama dari yang lain seperti waqof pada:

 في قلُوبِهِم مَرَضٌ    ( kafi)

tetapi yang lebih kafi waqof pada:

 فِى قُلُوبِهِم مَرَضٌلافَزَدَهُمُ اللهُ مَرَضاً

dan lebih kafi lagi waqof pada:

 بما كانو يكذبون۝

  1. Waqof Hasan yaitu: berhemti pada perkataan/ kalimat yang sempurna susunan kalimatnya, tetapi lafadz dan maknanya masih bekaitan dengan lafadz dan makna sesudahnya seperti waqof pada:

 الحمدالله  kemudian memulai (ibtida’) pada: رَبّ العَالمين, kalimat “Alhamdulillahi” ini sekalipun sempurna lafadz Allahu masih berkaitan dengan lafadz “Robbil alamina”

Maka Hukumnya:

a.       Sebaiknya Qori’ (pembaca) berhenti pada Waqof Hasan ini dan btida’ pada perkataan/ klimat sesudahnya, jika ia merupkan Ro’sul ayat seprti waqof pada:

رَبِ العَالَمِينَ   dan memuai dari ayat: الرحمنِ الرّحِم

b.      Qori’ (pembaca) boleh berhenti pada Waqof Hasan dan memulai dari kalimat sebelum waqof tersebut jika buakn Ro’sul ayat seperti waqof pada:

 الحمد لله  maka harus mengulang الحمدلله  untuk disambung denganربّ العالمين karena ibtida’/memulai dariربّ العالمين  adalah Waqof Qobich (buruk)

  1. Waqof Qobich yaitu: berhenti pada perkataan/ kalimat yang tidak sempurna susunan kaimatya, karena lafadz dan makanya masih berkaitan dengan kalimat sesudahnya seperti waqof pada:

الحمد لله ربّ العالمين۝ مالك.....

Dari ayat: مالك يوم الدين  karena مالك  dan يوم الدين  adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan (kata majmuk) yaitu mudlof dan mudlof ilaih Qori’ (pembaca) tidak boleh berheti dengan sengaja pada Waqof Qobich kecuali karena darurat, seperti kehabisan nafas, bersin dan sebagainya. Berhenti pada Waqof Qobich dengan alasan tersebut dinamakan waqof dlorurat. Begitu pula tidak boleh ibtida’ pada perkataan/ kalimat yang sesudah Waqof Qobich tersebut.

Dan paling qobich (paling buruk) waqof dan ibtida’ pada perkataan yang menggambarkan kelainan makna.

Diantara Waqof Qobich adalah waqof pada perkataan yang pemahamannya tidak pantas bagi Allah seperti waqof dalam ayat:

۞ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ ٢٦ ( البقرة/2: 26-26)

Artinya: Sesungguhnya allah tidak malu

Atau pada perkataan yang pemahamannya menyalahi aqidah seperti waqof dalam ayat:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ٥١ ( الماۤئدة/5: 51-51)

Artinya: Sesungguhnya Allah Tidak Memberi Petunjuk

Atau pada perkataan yang pemahamannya tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh allah seperti wqof pada ayat:

إِنَّمَا يَسْتَجِيْبُ الّذِيْنَ يَسْمَعُوْنَقلىوَالمَوْتَى* يَبْعَثُهُمُ الله (الأنعام: 36

Artinya: Sesungguhnya allah telah mangabulkan orang-prang yang mendengarkannya dan orang-orang mati

Atau pada perkataan yang tidak bisa difaham maknanya ,seperti waqof pada ayat.

بسم*الله الرحمن الرحيم

Artinya: dengan nama

 

 

الوقف على حروف المدّ (العلة)

WAQOF PADA HURUF MAD (HURUF ILLAT)

1.        Alif Diakhir Kata/ Kalimat

a.       Tetap dibaca ketika waqof seperti:

فَإِنْ كاَنَتَا*اِثْنَتَيْنِ ( النساء :176)

b.      Dibuang ketika diwashol dengan huruf mati seperti:

 فَإِنْ كاَنَتَ*ثْنَتَيْنِ

2.        Wawu Diakhir Kata/ Kalimat

a.       Tetap dibaca ketika waqof seperti:

وَامْتَازُوْا*اليَوم َ( يس: 59)

b.      Dibuang ketika diwashol dengan huruf sukun seperti: وَاَمْتَازُاليَوْمَ

3.        Ya’ Diakhir Kata/ Kalimat

a.       Ya’ diakhir kata yang dibuang bentuk tulisannya dalam mushaf ketika diwaqof/ washol tidak boleh dibaca (dibuang) seperti:

قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ۝( المؤمنون :99) يّاعِبَادِ فَاتَّقُوْنِ۝(الزمر: 16)

Tidak boleh dibaca:قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِيْ۝ ياعِبَادِفَاتَّقُونِيْ۝

Tetapi menurut riwayat Imam Hafsh ya’ dalam kata أَتَانِ: النمل: 36 (dibuang dalam bentuk tulisannya) apabila diwaqof ada dua bacaan:

1.    Ya’nya tetap dibaca, dibaca:

فَمَا أَتَانِيْ*الله خَيْرٌ مِمَّا أَتَاكُمْ

2.    Ya’nya dibuang, dibaca:

فَمَا أَتَانِ*الله خَيْرٌ مِمَّا أَتَاكُمْ

Dan apabila Washol, maka ya’ tetap dibaca dengan harokat fathah, dibaca:

فَمَا أَتَانِيَ الله خَيْرٌ مِمَّا أَتَاكُمْ

b.      Ya’ diakhir kata yang tidak dibuang (tetap dalam bentuk tulisannya) dalam mushaf.

Apabila washol (disambung dengan kaliamt sesudahnya) dibagi 3 (tiga) :

1.    Ya’ harokat fathah maka ya’nya tetap dibaca, seperti:

وَقَلِيْلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُور: السباء: 13

2.    Ya’ Sukun (Mati) dan berhadapan dengan huruf yang berharokat, maka ya’’nya tetap dibaca, seperti:

تَوَفَّنِِيْ مُسْلِماً وَالحِقْنِيْ بِالصَّلِحِيْن ( يوسف :101 )

3.    Ya’ Sukun (Mati) dan berhadapan dengan huruf mati, maka ya’nya dibuang sperti:حَاضِرِى المَسْجِدِالحَرَامِ (البقرة: 196)

Apabila waqof, baik berharokat,sukun/ mati maka ya’nya tetap dibaca seperti:

تَوَفَّنِِيْ مُسْلِماً وَالحِقْنِيْ *بِالصَّلِحِيْن۝(يوسف :101)

وَقَلِيْلٌ مِنْ عِبَادِيْ*الشَّكُور۝(السباء:13)

حَاضِرِىْ * المَسْجِدِالحَرَامِ (البقرة: 196)

 

الوقف على التاء والهاء

WAQOF PADA TA’ & HA’

1.      Ta’ Ta’nits

Ta’ muannas (تاء تاءنيث) dalam isim pada akhir kata/ kalimat ada 2 (dua) bentuk :

1.      Ditulis dalam bentuk Ha’ta’nis/ ta’ marbuthoh (ة ـة) Adapun ketika waqof pada kalimat tersebut, Apabila Ta’ta’nis tersebut berbentuk Ha’ta’nis (ـة) baik berharokat fathah, kasrah atau dlommah, tanwin atau tidak maka harus diwaqofkan dalam bunyi ha’ sakinah (ـهْ هْ) seperti dalam contoh:

إنّ الصلاهْ

Ketika washol dibaca:

إنّ الصّلاَةَ تـنهَى عَنِ الفَحْشَآءِوَالمــُنْكَرْ..الأية

Dan: وَمَابـِـكُمْ مِنْ نِعْمَهْ

Ketika washol dibaca :وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ الله. الاية

2.      Ditulis dalam bentuk Ta’majruroh/ Ta’mabsuthoh (ت) Adapun ketika waqof pada kalimat tersebut Apabila Ta‘ta’nis tersebut berbentuk Ta’majruroh (ت) baik berharokat fathah, kasrah atau dlommah, ditanwin atau tidak maka harus diwaqofkan dalam bunyi Ta’ Seperti dalam contoh: وًكَذَالِكَ حَقَّتْ كَلِمَتْ.....

Ketika washol dibaca:

وَكَذَالِكَ حَقّتْ كَلِمَتُ رَبّكَ عَلَى الذِيْنَ فَسَقُوا....(الآية )

2.      Ha’ Dlomir (هُ/ هِ/ هَا)

Ha’dlomir ketika diwaqof ada 3 (tiga) hal

1.      Apabila Ha’ tersebut berharokat fathah, dengan kata lain Ha’ muannas ketika waqof yang lebih utama waqof pada Alif, seperti: وَالشَمسِ وَضُحَهَا

2.      Apabila ha’ tersebut berharokat dlommah/ kasrah, ketika waqof yang lebih utama waqof pada ha’ sakinah/ sukun, seperti:

قال لَهْ، وَاَنَا اَجْزِيْ بِهْ...

3.      Dan apabila Ha’ tersebbut diapit dua harokat dan disambung dengan kalimat sesudahnya maka harus dibaca panjang 1 Alif (Mad shilah) seperti: إنّهُ بِعِبَادِهِ خَبَيْرٌ  dibaca: إِنَّهُوْ بِعِبَادِهِي خَبِيْرٌ

علا مة الوقف

TANDA-TANDA WAQOF

NO

NAMA

TANDA WAQOF

KETERANGAN

1

لازم

م

Harus berhenti

2

ممنوع

لا

Tidak boleh berhenti tanpa mengulang. kecuali pada Ro’sul ayat,boleh berhemti tanpa mengulang

3

جائز

ج

Boleh berhenti boleh terus

4

الوقف اولى

قلى

Boleh terus berhenti lebih baik

5

الوصل اولى

صلى

Boleh berhenti terus lebih baik

6

معانقة

ﻨ ﻨ

Hanya boleh behenti pada salah satu tanda waqof

7

مطلق

ط

Boleh terus, berhenti lebih baik.

8

مجوّز

ز

Boleh berhenti, terus lebih baik.

9

مرخص

ص

Boleh berhenti, terus lebih baik

10

قيل الوقف

ق

Sebagian kecil Qurro membolehkan berhenti.

11

وقف

وقف

Baik berhenti, dan terus tidak salah.

12

سكتة

س

Berhenti sejenak tanpa barnafas

 

0 Comments: