MAD BADAL
A. Mad Badal
Mad badal dalam tinjauan bahasa berasal dari kata mad dan badal. Makna mad adalah
panjang dan makna badal ialah mengganti. Adapun dalam terminologi ilmu tajwid,
mad badal adalah apabila huruf mad terletak setelah hamzah atau bacaan mad yang terdapat pada hamzah.
![]() |
Mad Badal |
Dalam kitab Tuhfatul
Athfal dijelaskan:
أَوْ قُـدِّمَ الْهَمْـزُ عَلَـى الْمَـدِّ وَذَا •
بَـدَلْ كَآمَـنُـوا وَإِيمَـانًـا خُــذَا
Artinya:
Atau hamzah didahulukan
setelah mad, namanya mad badal seperti kata (ءَامَنُواْ) dan (إِيْـمَانًا).
Contoh mad badal:
أُوْتُوا
- مُتَّكِئِيْنَ - إِيْـمَانًا
Huruf mad pada mad pada
contoh di atas merupakan pengganti dari hamzah. Karena asal dari ketiga contoh
di atas adalah (أَأْمَنُوْا), (أُؤْتُوا), dan (إِئْمَانًا). Dalam kaidah ibdal, apabila ada dua
hamzah beriringan dimana yang pertama berharakat dan hamzah yang kedua sukun,
maka hamzah yang kedua digantikan dengan huruf alif, ya’ sukun, atau wau sukun
tergantung harakat pada hamzah yang pertama. Maksudnya ialah jika hamzah yang
pertama berharakat fathah, maka hamzah kedua diganti menjadi alif; jika harakat
pada hamzah pertama adalah kasrah, maka hamzah kedua diganti menjadi ya’ sukun;
dan jika hamzah pertama berharakat dhammah, maka hamzah kedua diganti menjadi
wau sukun. Untuk lebih lengkapnya, silahkan baca tentang ibdal dalam ilmu
sharaf.
A. Mad Badal
Arti mad iwadh secara bahasa adalah mad berarti panjang dan iwadh
artinya mengganti. Sedangkan dalam ilmu tajwid mad iwadh adalah:
هُوَ التَّعْوِيْضُ عَنْ تَنْوِيْنِ النَّصْبِ حَالَ الْوَقْفِ بِأَلِفٍ مَدِيَّةٍ
بِمِقْدَارِ حرَكْتَيْنِ
Mad iwadh adalah mengganti tanwin nashab dengan alif mad ketika waqaf
dengan ukuran dua harakat.
Contoh:
وَكِيْلًا ← وَكِيْلَا، مَفْعُوْلًا ← مَفْعُوْلَا، عَجُوْلًا ← عَجُوْلَا
Dinamakan mad iwadh karena untuk mengkompensasi waqaf. Sebagaimana kita
ketahui bahwa tanwin fathah selalu ada alifnya. Apabila dibaca waqaf maka
tanwin fathah menjadi fathah tunggal sehingga menyerupai mad thabii yaitu
fathah diikuti alif. Ukuran mad iwadh adalah 2 harakat atau 1 alif.
Adapun ketika dibaca washal maka tidak ada hukum mad dan bacaan tanwin
menyesuaikan dengan huruf berikutnya sebagaimana berlaku hukum nun mati dan
tanwin.
Catatan!
1. Apabila huruf yang terakhir yang diwaqafkan adalah ta’ marbuthah yang
berharakat tanwin fathah maka tidak dihukumi mad iwadh melainkan diganti
menjadi Ha sukun. Contoh:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً
اِرْجِعِيْ إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
Kata (خَلِيْفَةً) dan (مَرْضِيَّةً) ketika waqaf tidak boleh dibaca (خَلِيْفَتَا) dan (مَرْضِيَّتَا)
melainkan harus dibaca (خَلِيْفَهْ) dan (مَرْضِيَّهْ).
2. Ketika mewaqafkan tanwin fathan yang terdapat pada hamzah seperti
kata (بِنَآءً), (دُعَآءً) dan (إِنْشَآءً) maka cara bacanya (بِنَآءَا), (دُعَآءَا) dan (إِنْشَآءَا).
0 Comments:
Posting Komentar