Pages

Kamis, 08 September 2022

ISYMAM

Bacaan Isymam dan Penyebabnya.

Salah satu bacaan gharib atau musykilat dalam Al-Qur'an adalah isymam. 
Dalam postingan kali ini saya akan memaparkan isymam mulai dari pengertian, contoh, penyebab dan juga isymam dari berbagi qiraat selain qiraah Imam 'Ashim.

Isymam secara bahasa artinya menggabungkan, memadukan atau mencampurkan. 
Adapun menurut istilah adalah:
ضَمُّ الشَّفَتَيْنِ بُعَيْدَ الْإِسْكَانِ إِشَارَةً بِالضَّمِّ بِغَيْرِ صَوْتٍ وَبِغَيْرِ تَنَفُّسٍ
Artinya: menghimpun dua bibir untuk mengiringi huruf yang sukun sebagai isyarat dhammah dengan tanpa suara dan nafas.

Dalam qira’ah riwayat Hafsh, Isymam hanya terdapat pada kata (لَا تَأْمَنَّا) pada surat Yusuf ayat 11:
قَالُوا يَا أَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَى يُوْسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُوْنَ
Apabila kita membaca ayat ini dan sampai pada kata (لَا تَأْمَنَّا), maka di tengah-tengah dengung nun bertasydid bibir kita dihimpun/dimoncongkan seakan-akan melafalkan dhammah.

Penyebab diberlakukan isymam karena kata (لَا تَأْمَنَّا) berasal dari (لَا تَأْمَنُنَا) dengan dua nun. Dalam rasm utsmani ternyata kata ini hanya ditulis dengan satu nun yang bertasydid. Untuk itu, cara membaca kata ini dengan memadukan keduanya, yakni bunyinya seperti di tulisan rasm utsmani tapi bibirnya seperti melafalkan (لَا تَأْمَنُنَا).

Alasan lainnya adalah agar tidak ada kesalahfahaman. 
Ditakutkan ada anggapan bahwa (لَا) pada ayat tersebut adalah “nahi” yang fungsinya untuk melarang dan artinya “jangan”. apabila dianggap sebagai nahi maka nun yang pertama harus disukunkan dan menjadi (لَا تَأْمَنْنَا) dan diidghamkan menjadi (لَا تَأْمَنَّا). Kata pada ayat tersebut berfungsi sebagai “nafi” yang fungsinya untuk memberikan arti “tidak”. 

Sehingga terjemah surat Yusuf ayat 11 adalah:
“Mereka berkata: “Wahai ayah Kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai Kami terhadap Yusuf, Padahal Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya”.

Adapun dalam qira’ah Imam Ibnu Amir riwayat As-Susy, kata (لَا تَأْمَنَّا) diberlakukan idgham kabir, yaitu bertemunya dua huruf yang sama dan sama-sama hidup lalu melebur menjadi satu huruf yang bertasydid.
Menurut pendapat lain, isymam adalah membaca harakat dhammah kata yang diwaqaf tanpa ada suara dengan menghimpun dua bibir setelah disukunkan, seperti (نَسْتَعِيْنُ). 

Dalam bacaan Imam Ibn Amir riwayat Hisyam juga mengisymamkan kata seperti (قِيْلَ) karena asalnya (قُوِلَ) dengan mencampur dhammah dan kasrah dalam satu huruf, demikian juga Imam Hamzah membaca isymam kata (الصِّرَاطَ) dengan memadukan bunyi antara (ص) dan (ز).
Itulah sedikit penjelasan tentang isymam dalam Al-Quran. Semoga menambah khazanah ilmu kita.

Selasa, 22 Maret 2022

Mad Lazim

Mad Lazim

Pengertian Mad Lazim
Mad lazim adalah apabila mad bertemu huruf sukun asli dalam satu kata. Hal ini dijelaskan dalam kitab Tuhfatul Athfal:
وَلاَزِمٌ إِنِ السُّكُونُ أُصِّلاَ • وَصْلاً وَوَقْفًا بَعْدَ مَدٍّ طُوِّلَا
Artinya:
Dan mad lazim adalah apabila terdapat sukun asli setelah mad, ukuran madnya thul (6 harakat) baik ketika washal maupun waqaf.
Hal ini senada dengan bait dalam Muaqaddimah Al-jazariyyah:
فَلاَزِمٌ إِنْ جَاءَ بَعْدَ حَرْفِ مَدْ • سَاكِنُ حَالَيْنِ وَبِالطُّولِ يُـمَدْ
Artinya:
Mad lazim adalah apabila huruf sukun datang setelah mad dalam dua keadaan (waqaf dan washal) dengan thul (6 harakat) dipanjangkannya.
Semua mad lazim dibaca 6 harakat. Dinamakan mad lazim karena semua ulama ahli qiraat sepakat untuk memanjangkannya lebih dari dua harakat dan sepakat mengenai ukuran panjangnya yaitu 6 harakat atau disebut thul dalam istilah tajwid.

Pembagian Mad Lazim
Pembagian mad lazim dapat dilihat pada skema berikut:
Skema Mad Lazim
Sebelum lebih jauh membahas pembagian mad lazim, mari kita perhatikan bait-bait berikut:
أَقْـسَـامُ لاَزِمٍ لَدَيْـهِـمْ أَرْبَـعَـهْ • وَتِلْـكَ كِلْمِـيٌّ وَحَرْفِـيٌّ مَعَـهْ
كِلاَهُـمَـا مُـخَـفَّـفٌ مُـثَـقَّـلُ • فَـهَــذِهِ أَرْبَـعَــةٌ تُـفَـصَّـلُ
فَـإِنْ بِكِلْمَـةٍ سُـكُـونٌ اجْتَـمَـعْ • مَعْ حَرْفِ مَدٍّ فَهْـوَ كِلْمِـيٌّ وَقَـعْ
أوْ فِـي ثُلاَثِـيِّ الحُـرُوفِ وُجِـدَا • وَالْمَـدُّ وَسْطُـهُ فَحَـرْفِـيٌّ بَــدَا
كِلاَهُـمَـا مُثَـقَّـلٌ إِنْ أُدْغِـمَــا • مَخَفَّـفٌ كُـلٌّ إِذَا لَــمْ يُدْغَـمَـا
وَالـلاَّزِمُ الْحَرْفِـيُّ أَوَّلَ الـسُّـوَرْ • وُجُـودُهُ وَفِـي ثَمَـانٍ انْحَـصَـرْ
يَجْمَعُهَا حُرُوفُ (كَمْ عَسَلْ نَقَـصْ)• وَعَيْـنُ ذُو وَجْهَيْنِ والطُّولُ أَخَـصْ
Artinya:
Mad lazim dibagi menjadi 4 bagian, yakni antara kilmi maupun harfi.
Keduanya (kilmi dan harfi) ada mukhaffaf dan mutsaqqal, maka ini ada 4 bagian yang terperinci.
Jika sukun berkumpul dengan huruf mad dalam satu kata, maka terjadilah mad lazim kilmi.
Atau pada huruf yang dzatnya terdiri dari 3 huruf dan tengahnya adalah mad maka disebutnya mad harfi.
Keduanya (kilmi dan harfi) ada mutsaqqal jika diidghamkan dan mukhaffaf jika tidak diidghamkan.
Mad lazim harfi terdapat dipermulaan surat. Yang hurufnya ada 8 yang ringkas.
Dikumpulkan pada (كَمْ عَسَلْ نَقَـصْ), dan huruf ain ada dua cara (bisa 4 atau 6 harakat) tapi yang 6 harakat lebih masyhur.
Penjelasan
Mad lazim dibagi dua macam yaitu kilmi dan harfi. Kemudian keduanya juga dibagi dua macam yakni mukhaffaf dan mutsaqqal. Kalau diperinci mad lazim jadi 4 macam, yaitu mad lazim kilmi mukhaffaf, mad lazim kilmi mutsaqqal, mad lazim harfi mukhaffaf, dan mad lazim harfi mutsaqqal.

1. Mad Lazim Kilmi Mukhaffaf
Mad lazim kilmi mukhaffaf adalah apabila mad bertemu huruf yang sukun. Panjangnya 6 harakat. Di Al-Qur’an hanya tedapat di surat Yunus ayat 51 dan 91:
...آلأنَ وَقَدْ كُنْتُمْ بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ
آلأنَ وَقَدْ عَصَيْتُ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
2. Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal
Mad lazim kilmi mutsaqqal adalah apabila mad bertemu huruf yang bertasydid. Panjangnya 6 harakat. Contoh:
وَلَاالضَّآلِّيْنَ – مِنْ دَآبَّةٍ – الصَّآخَّهُ - قُلْ آلذَّكَرَيْنِ
Tasydid merupakan tanda adanya proses idgham. Lebih lengkapnya silakan cari materi idgham dalam ilmu sharaf.
Termasuk mad lazim kilmi mutsaqqal juga apabila mad yang terdapat pada hamzah dan menghadapi huruf bertasydid. Di dalam Al-Qur’an hanya ada pada empat ayat, yaitu Al-An’am 143 - 144, Yunus 59, dan An-Naml 59.
قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ
قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ
آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ
Di buku tajwid yang cetakan Indonesia biasanya dinamakan mad farqi. Dinamakan mad karena untuk membedakan kalam khabari dengan kalam istifham. Hamzah pada keempat ayat di atas adalah hamzah istifham. Sebenarnya cara membaca hamzah pada keempat ayat di atas ada dua macam:
Pertama, adalah dengan ibdal yakni mengganti hamzah kedua menjadi alif sehingga terdapat huruf mad pada hamzah.
Kedua, adalah dengan tashil karena dua hamzah berdekatan. Untuk lebih jelasnya tentang praktik tashil pada ayat di atas silakan talaqi dengan guru ahli.
3. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
Mad lazim harfi mukhaffaf adalah huruf fawatihus suwar yang bila dipecah terdiri dari 3 huruf dan ditengahnya huruf mad. Hurufnya ada 8 yaitu dikumpulkan pada (كَمْ عَسَلْ نَقَـصْ). Panjangnya 6 harakat. Apabila huruf yang delapan tersebut dipecah, maka seperti ini:
ك (كَافْ)، م (مِيْمْ)، ع (عَيْنْ)، س (سِيْنْ)، ل (لَامْ)، ن (نُوْنْ)، ق (قَافْ)، ص (صَادْ)
Contoh:
ن – يس – كهيعص – حم - عسق
Semua huruf di atas dibaca 6 harakat kecuali ‘ain. ‘Ain bisa dibaca dengan dua wajah, yakni 6 harakat atau 4 harakat. Dibaca dengan 4 harakat karena huruf tengahnya adalah huruf lain dan bukan huruf mad. Akan tetapi cara membaca ‘ain dengan 6 harakat adalah yang lebih masyhur.
Ketika membaca fawatihus suwar juga berlaku hukum idgham dan ikhfa. Seperti halnya nun sukun bertemu huruf sin atau qaf. Begitu pula diberlakukan idgham ketika mim sukun bertemu mim dan nun sukun bertemu mim.
4. Mad Lazim Harfi Mutsaqqal
Mad lazim harfi mutsaqqal atau mad lazim harfi musyba’ adalah apabila huruf fawatihus suwar yang bila dipecah terdiri dari 3 huruf dan ditengahnya huruf mad dan huruf ketiganya diidghamkan. Panjangnya 6 harakat. Contoh:
الـمّ – الـمّر – الـمّص – طسمّ
Huruf mim sukun pada huruf lam dan nun sukun pada huruf sin diidghamkan ke huruf berikutnya.
Tambahan:
Huruf-huruf pada fawatihus suwar dibagi tiga:
Dibaca pendek, yaitu alif.
Dibaca 2 harakat, yaitu pada 5 huruf yang dikumpulkan pada (حَيَّ طَهَرَ) dan dihukumi mad thabii.
Dibaca 6 harakat seperti yang telah dijelaskan.
Hal ini dijelaskan dalam bait:
وَمَا سِوَى الحَرْفِ الثُّلاَثِي لاَ أَلِـفْ • فَـمَـدُّهُ مَــدًّا طَبِيعِـيًّـا أُلِــفْ
وَذَاكَ أَيْضًا فِـي فَوَاتِـحِ السُّـوَرْ • فِي لَفْظِ (حَيٍّ طَاهِرٍ) قَـدِ انْحَصَـرْ
وَيَجْمَـعُ الْفَوَاتِـحَ الأَرْبَـعْ عَشَـرْ • (صِلْهُ سُحَيْرًا مَنْ قَطَعْكَ) ذَا اشْتَهَرْ
Dan huruf yang selain 3 huruf dzatnya dan alif berlaku mad yang disebut dengan mad thabii.
Huruf tersebut juga terdapat di pembukaan surat pada kata (حَيٍّ طَاهِرٍ) dikumpulkan.
Huruf fawatihus suwar ada 14 dan masyhur dikumpulkan pada kalimat:
صِلْهُ سُحَيْرًا مَنْ قَطَعْكَ
Sumber:
Muqaddimah Al-Jazariyyah
Tuhfah Al-Athfal

Mad Shilah


Mad Shilah

Pengertian Mad Shilah

Mad shilah adalah mad pada ha’ dhamir yang berada diantara dua huruf berharakat. Mad pada mad shilah merupakan mad lafdziyah. Artinya secara tulisan tidak ada huruf mad namun secara lafadz ada madnya. Dalam istilah ilmu qiraat, dhamir yang dibaca panjang disebut dengan shilah. Dalam qiraat lain, ada juga yang membaca shilah pada dhamir mim jama'.

Ha’ dhamir disini merupakan dhamir untuk mufrad mudzakkar ghaib atau (هُوَ) dalam kedudukan majrur atau manshub. Ha’ dhamir dibaca dhammah apabila huruf sebelumnya berharakat dhammah, berharkat fathah atau huruf sukun selain ya’. Ha’ dhamir dibaca kasrah apabila huruf sebelum kasrah atau ya’ sukun.

Ha’ dhamir yang dibaca shilah di Al-Qur’an cetakan Madinah biasanya ada wawu kecil atau ya’ kecil setelah ha’ dhamir. Adapun di Al-Qur’an cetakan Indonesia digunakan dhammah terbalik atau kasrah tegak. Apabila kita menemukan tanda tersebut, berarti pada ha’ dhamir tersebut terdapat hukum mad shilah.

Dari pemaparan di atas, maka disimpulkan:
 Ha’ dhamir yang huruf sebelumnya sukun tidak dibaca mad, contoh:
مِنْهُ – عَلَيْهِ
 Ha’ dhamir yang huruf setelahnya sukun tidak dibaca mad, contoh:
لَهُ الْمُلْكُ – بِيَدِهِ الْمُلْكُ
 Ha’ dhamir yang dibaca mad adalah yang huruf sebelum dan sesudahnya berharakat, contoh:
وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا - لَهُ أَخٌ
• Ha’ yang bukan dhamir dibaca pendek seperti:
لَـمْ يَنْتَهِ -  ما نَفْقَهُ
Macam-macam Mad Shilah

Pembagian Mad Shilah: Shugra dan Kubra

1. Mad Shilah Qashirah
Mad shilah qashirah atau mad shilah shugra adalah ha’ dhamir yang berada diatara dua huruf berharakat dan sesudahnya tidak ada hamzah. Mad shilah qashirah termasuk kelompok mad ashli. Ukuran panjangnya 2 harakat. Contoh:
إِنَّهُ كَانَ - لَهُ مَا
2. Mad Shilah Thawilah
Mad shilah thawilah atau mad shilah kubra adalah ha’ dhomir yang berada diantara dua huruf berharakat dan sesudahnya ada hamzah. Mad shilah thawilah termasuk kelompok mad far’i karena ada hamzah setelah mad. Ukuran panjang mad shilah kubra sama derajatnya dengan mad jaiz munfashil yaitu 4-5 harakat dan yang diutamakan 4 harakat. Contoh:
مَالَهُ أَخْلَدَهُ - عِنْدَهُ إِلَّا
----------
Pengecualian Mad Shilah
1.    Ha’ dibaca pendek karena sebelum hak dhomir ada huruf mati yang dibuang (menjadi jawab syarat) berupa wawu, yaitu pada kalimat :
وإِنْ تَشْكُرُوا يَرْ ضَهُ لَكُمْ (Surat Az- Zumar ayat 7 juz 23)
2.    Ha’ dibaca panjang karena tauqifi (didalam Al Qur an menurut Imam Hafs an Ashim ada satu) yaitu فيه مُهَاناً ( Surat Al Furqon ayat 69 juz 19 )
3.    Ha’ dibaca pendek karena bukan ha’ dhomir seperti : َما نَفْقَهُ كَثِيْراً (Surat Hud:91)
4.    Ha’ dlomir dibaca panjang jika washol tapi jika waqof ha’ dlomir menjadi mati. Contoh.
 ِمنْ عِلْمِه , يَعْلَمُوْنَه
5.    Huruf sebelum ha’ dhomir berupa huruf hidup sedang sesudahnya berupa huruf mati .maka dibaca pendek . Contoh.
 لهُ اْلحُكْمُ , لهُ الأَ سمَاءُ

6.    Huruf sebelum ha’ dhomir berupa huruf mati sedang sesudahnya berupa huruf hidup . Contoh. فِيْهِ هُدًى , خُذُوْهُ فاعتِلُوه maka dibaca pendek.
---------
Sumber:
Tuhfah Al-Athfal
Nihayah Al-Qaul Al-Mufid